Vrydag 21 Junie 2013

KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN SISTEM PEMBELAJARAN SAAT SAYA MENEMPUH PENDIDIKAN MI-MA



Oleh : Ahmad Ali Musyafa’

Ketika saya menempuh jalur pendidikan mulai dari Madrasah Ibtida’iyah (MI) hingga Madrasah Aliyah (MA) banyak sekali sistem pembelajaran yang sudah saya peroleh. Oleh karena itu, sistem pembelajaran yang di terapkan pada saat saya menempuh pendidikan akan sangat bermanfaat sekali untuk kedepannya nanti agar saat saya melanjutkan ke jenjang peguruan tinggi nanti, saya sudah mempunyai bekal agar mampu meningkatkan kualitas dari perguruan tinggi yang saya tempati. Hal itu di sebabkan karena saat ini peringkat daripada universitas-universitas di indonesia menurun di karenakan dari sistem pembelajaran yang kurang tepat atau tidak efisien. Maka dari itu, kita sebagai penerus bangsa harus mengintrokspeksi diri kita sendiri apakah sistem pembelajaran yang sudah kita peroleh saat menempuh pendidikan MI hingga MA sudah sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Di sini saya ingin memaparkan beberapa keunggulan dan kekurangan sistem pembelajaran yang sudah di terapkan dan sudah saya dapatkan saat menempuh pendidikan dari MI hingga MA dulu, sebagai berikut :
Ø  Keunggulan-keunggulan :
·        Kompetensi guru yang mempunyai kemampuan menguasai siswa, menguasai tujuan, menguasai metode pembelajaran, menguasi materi, menguasai cara mengevaluasi, menguasai alat pembelajaran, dan menguasai lingkungan belajar.
·         Faktor lingkungan yang sangat mendukung dalam proses pengajaran, sehingga menimbulkan suasana belajar yang nyaman.
·         Selalu mengutamakan akhlakul karimah dan selalu berpegang teguh kepada Al-qur’an dan Hadits.
·         Memberi kesempatan untuk belajar lebih mendekati kesesuaian dengan kemampuan, sehingga mendorong motivasi belajar.
·         Terstimulasi oleh lingkungan sosial karena berada dalam satu kelas dengan siswa lain yang kemampuan intelektualnya sebanding, sehingga lebih memberikan tantangan dan tidak memungkinkan bermalas-malasan dalam belajar.
Ø  Kekurangan-kekurangan :
·         Kurangnya sarana prasarana yang mendukung dalam proses pembelajaran.
·         Kurangnya komunikasi atau keterbukaan dengan guru-guru.
·         Timbulnya problem sosial dan emosional.
Dari pernyataan-pernyataan di atas saya ingin menganalisis sistem pembelajaran yang ideal untuk pendidikan dari jenjang SD hingga SMA sederajat, yaitu sebagai berikut :
1.    Menerapkan kurikulum yang dapat memberikan keterampilan dasar, pengetahuan, pemahaman, nilai, dan sikap, yang memungkinkan siswa berfungsi sesuai tuntutan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
2.    Menerapkan kurikulum yang berkaitan erat dengan ciri khas perkembangan siswa  cerdas dan berbakat istimewa, yang merupakan progam khusus dan pilihan terhadap bidang studi tertentu.
3.    Menerapkan kurikulum yang memberi yang memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar di luar kegiatan sekolah formal melalui media lain seperti radio, televisi, internet, CD-ROM, wawancara pakar, kunjungan ke museum, dan sebagainya.
4.    Menciptakan suasana belajar yang penjabarannya dari  lingkungan  keluarga  dan  sekolah.  Iklim akademik,  sistem  pemberian  hadiah  (rewards)  dan  hukuman (punishments),  hubungan  antara  sesama  siswa,  antara  guru dan  siswa,  antara  guru,  antara  siswa  dan  orangtua,  serta antara  orangtua  dan  siswa,  merupakan  unsur-unsur lingkungan suasana belajar yang menentukan proses dan hasil belajar.
5.    Menciptakan kurikulum  berdiferensiasi yang dikembangkan  untuk  memenuhi kebutuhan pendidikan  siswa  yang  cerdas  dan  berbakat  dengan cara  memberikan pengalaman  belajar  yang  berbeda  dalam  arti kedalaman,  keluasan,  percepatan,  maupun  dalam  jenisnya.

Donderdag 06 Junie 2013

NAMA : AHMAD ALI MUSYAFA' (5101412067)


STRATEGI LULUSAN PERGURUAN TINGGI BERSAING DI DUNIA KERJA
Oleh : Ahmad Ali Musyafa’

Persaingan dan tantangan yang semakin kompetitif dalam dunia kerja di era globalisasi telah membuat peluang mencari pekerjaan menjadi semakin ketat, disamping itu adanya kesenjangan kualitatif antara penyedia tenaga kerja dengan kebutuhan akan tenaga kerja menjadi permasalahan yang harus dihadapi oleh mahasiswa setelah lepas dari jenjang kuliah. Untuk itu, di perlukan persiapan yang matang untuk menghadapi persaingan tersebut. Hal ini di lakukan untuk mengetahui kesiapan calon lulusan perguruan tinggi untuk menghadapi persaingan kerja di era globalisasi dilihat dari persepsi, sikap, dan strategi yang dimilikinya dan tidak hanya mengandalkan ijazah dalam mencari pekerjaan, tetapi juga harus memiliki kompetensi dan keterampilan kerja yang baik.
Fenomena meningkatnya angka pengangguran sarjana seyogyanya perguruan tinggi ikut bertanggung jawab. Fenomena penganguran sarjana merupakan kritik bagi perguruan tinggi, karena ketidakmampuannya dalam menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa. Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian,bukan berasal dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM dalam menghadapi persaingan ekonomi. Untuk itu para lulusan perguruan tinggi harus menyusun strategi dalam menghadapi persaingan kerja di era globalisasi, responden mempersiapkan diri dengan sejak awal dengan menetapkan sejumlah target terkait dengan perkuliahannya, kemudian membuat surat lamaran kerja dengan menyertakan kelebihan yang dimiliki, mempersiapkan tes seleksi kerja dengan mempelajarinya dari sejumlah buku dan mencari informasi dari orang-orang yang telahlulus tes tersebut, sedangkan untuk wawancara kerja, responden akan berusaha memberikan kesan yang baik, meyakinkan perusahaan akan skill yang dimiliki, bersedia mengembangkan diri dan menyatakan kesiapannya untuk ditempatkan kerja dimana saja.

Vrydag 12 April 2013

METHODE KESEIMBANGAN TITIK BUHUL





JUDUL BUKU                 :MEKANIKA TEKNIK 2
PENERBIT                      : UNIVERSITAS BRAWIJAYA, YOGYAKARTA
TAHUN TERBIT              :1967
HALAMAN REFRENSI    : 64-72


METHODE KESEIMBANGAN TITIK BUHUL

Pada suatu konstruksi rangka, konstruksi tersebut keseluruhannya harus dalam keadaan seimbang, demikian juga halnya pada setiap titik simpul harus juga dalam keadaan seimbang. Titik simpul yang satu dengan lainnya dapat dipisahkan, dan tiap-tiap titik simpul tersebut dalam keadaan seimbang akibat gaya luar dan gaya dalam (gaya batang) yang bekerja pada titik simpul.
Gaya luar dan gaya batang itu berpotongan dititik simpul yang belum diketahui dapat dihitung menggunakan dalil S H = 0 (secara horizontal) dan S V = 0 (secara vertikal) sedangkan untuk S M = 0 (momen) diabaikan.
Dari ketentuan di atas ada 2 persamaan. Setiap titik simpul yang akan dicari gaya batangnya harus hanya 2 (atau 1) batang yang belum diketahui gaya batangnya. Setiap titik buhul dapat dicari keseimbangannya satu demi satu sehingga seluruh konstruksi dapat diketahui gaya batangnya.

Dalam penyelesaian persoalan tersebut methode yang digunakan ada 2 macam yaitu:

v Methode Analitis.

v Methode Grafis.

Sebagai contoh konstuksi rangka batang seperti tergambar di bawah ini, akan dicari gaya-gaya batangnya. Pertama-tama harus dicari reaksi-reaksi perletakannya (seluruh konstruksi harus dalam keadaan seimbang). Kemudian di cari gaya-gaya batangya satu demi satu.




 








                                          


  SECARA ANALITIS :
       
                ∑ MA = 0           RB .1 = 2P
                                        RB .2 = 2P
                                        B = P ton (ke atas)

                ∑ MB = 0           RA .1 = 2P
                                        RA .2 = 2P
                                        A = P ton (ke atas)

1.   Sekarang kita tinjau pada Simpul A, dimisalkan gaya batang 4 adalah S4 dan arahnya menuju simpul A sedangkan S4 meninggalkan simpul A.
∑ V = 0            S4 sin 30O  = A
                        S4 ½ = P                  jadi S4 = 2P




 









Tanda S4 adalah positif, berarti arah yang dimisalkan menuju titik simpul telah betul.
Tetapi dalam mekanika teknik batang tekan (menuju titik simpul) mempunyai tanda
negatif. Jadi S4 = - 2P ton
∑ H = 0            S4 cos 30° = S1
2P . ½ v3 = S1                  jadi S1 = Pv3







 








Tanda S4 adalah positif, berarti arah yang dimisalkan menuju titik simpul telah betul.
Tetapi dalam mekanika teknik batang tarik (meninggalkan titik simpul) mempunyai tanda
positif, Jadi S1 = P√3 ton
           
2.   Sekarang kita tinjau pada Simpul D, arah S4 telah diketahui yaitu menuju simpul (S4 batang tekan) yang belum diketahui adalah batang 3 dan batang 5.
∑ H = 0            S4 cos 30O  = A
                        S4 = S3                     jadi S3 = 2P




 












Arah S3 yang dimisalkan sudah betul karena S3 bertanda positif, tetapi S3 menuju simpul. Jadi S3 adalah batang tekan, maka S3 = -2P
∑ V = 0            S4 sin 30O + S3 cos 30O  = S5
                        2P . ½ + 2P . ½                        jadi S3 = 2P




 






           






Tanda S5 adalah positif jadi arah yang kita misalkan sudah betul, S5 meninggalkan titik
simpul merupakan batang tarik. Jadi S5 = 2P
SECARA GRAFIS:

Simpul A dalam keadaan  seimbang oleh gaya A, S1 dan S4 dan juga telah diketahui besar gaya masing-masing batang, maka dapat dibuat segitiga gaya A – S4 – S1.

Simpul B dalam keadaan seimbang oleh gaya B, S2 dan S3 dan juga telah diketahui besar gaya masing-masing batang, maka dapat dibuat segitiga gaya B – S2 – S3.

Simpul C dalam keadaan seimbang oleh gaya 2P, S1, S2 dan S5 dan juga telah diketahui besar gaya masing-masing batang, maka dapat dibuat segitiga gaya 2P – S1 – S2 – S5.

Simpul D dalam keadaan seimbang oleh gaya S3, S4 dan S5 dan juga telah diketahui besar
gaya masing-masing batang, maka dapat dibuat segitiga gaya S5 – S4 – S3.

Arah dari segitiga gaya itu sesuai dengan putaran jarum jam atau berlawanan dengan putaran jarum jam.

CATATAN:

1.   Batang tekan bertanda negative, arah gaya menuju titik simpul.

2.   Batang tarik bertanda positif, arah gaya meninggalkan titik simpul.

  1. Perhitungan dimulai dari 2 batang yang belum diketahui, jadi dari simpul A – D – C – B
atau A – C – D – B.

  1. Sebaiknya seluruh simpul dicari gaya-gaya batangnya agar dapat mengecek apakah ada
kekeliruan perhitungan atau tidak.